ITU AKU
![]() |
Add capti |
Kawan,
jauh dari keluarga dari SMP dan mengabdikan diri untuk ibu angkat adalah hal
yang paling menyakitkan bagi ku.
“is..! koe ki lho piring durung di asahi,
jangan durung di anget ke ! koe nang omah ngopo wae jane ke ? bodho mu wi lo
ora ilang – ilang. Mulo nang omah ki ojo mung turu mbek fesbukan wae eling
omah”. Ocehnya sambil menunjuk - nunjukan jarinya ke arah ku dengan kedua matanya
yang besar itu.
“koe ki nak di kandhani nggugu ngono lo,
ngelu aku mikirke koe !” kata terakhirnya sebelum meninggalkan ku lalu menuju
ke kamar.
Aku hanya bisa diam dan menunduk, tak bisa
berkata – kata. Bukanya aku takut, tapi aku sadar diri. Aku langsung bergegas
menuju dapur dan membereskan semua pekerjaan itu.
Kawan,
di kamar sempit dan dingin ini ku luapkan segela benak dalam hati ku, kepada
mereka sumber kesedihanku. Setidaknya 5th lalu sebelum keluargaku masih utuh,
dengan adanya ibu kandungku, aku masih bisa merasakan rasa itu. rasa yang
menurutku adalah bahagia atau mungkin hanya damai sementara.
***
“matamu dokok neng endi, *su !!”. umpatnya
sambil meludahi kepalaku dan langsung tidur kembali, itu kakak ku kawan 5 tahun
lalu.
Tak
ada yang menganggapku sebagai anggota keluarga. Kecuali ibu ku, dia menyayangi
ku dengan tulus. Dia lah yang menguatkan aku. Sampai akhirnya ibuku sakit kelas
2 SMP dan di kostkan karena aku di rumah hanya merepotkan.
04:33, hari ketiga idul fitri.
Ibukku
menghembuskan nafas terakhirnya karena liver yang di deritanya tepat aku
memasuki kelas 3 SMP. Hidupku kacau, seolah berada di angka 0. Aku benci hari
itu, bukanya hati ini tak sakit, bukanya hati ini tak hancur, bukanya hati ini
ak perih, hanya kepasrahan yang mengiringi. Penguat hidupku telah tiada lagi.
***
Kawan
kini aku kelas 2 SMA, hidupku masih tak berubah. Masih belum tau apa itu bahagia. Aku jauh dari keluargaku kawan. Di
jadikan pembantu gratis kepada seorang perempuan tua dengan dalih mengangkatku
sebagai anak. Ah bohong, nyatanya dia tak menganggapku sedemikian yang ia
ceritakan kepada bapak ku. Bahwa aku akan di enak’kan hidupnya. Pendusta !
04:30, di rumah.
Ku
terbangun dari lelapku, langsung menuju kamar mandi untuk ber’wudlu untuk
menunaikan sholat subuh. Aku terima perdaban ini, dimana tempat aku mengadu,
memuntahkan onggokan duka, tumpahkan murka di muka jiwa.
“is.. ! wong wedok ojo keset, koe ki lho
gaweane mung turu, isin aku ngrasak’ke koe, ngelu aku. Saiki sak karep mu meh
opo, aku ora arep ngurusi !”. kata
ibuk’ku karena aku belum buang sampah.
Aku lupa, kapan terakhir aku merasa bahgia,
aku bahkan tidak tau apa itu bahgia. Kawan, jika bumi ini harus berhenti maka
aku juga tau punya tempat untuk berdiri. Kini aku hanya merasa dan harus bisa
yakin di hadapanya aku juga punya tempat, meski tak seindah taman syurga
seperti yang mereka punya.
Komentar