ISI PIKIRAN SAYA
Udara pagi ini sangatlah dingin menusuk tulang, tapi tidak sampai tembus karena tulang-tulang ku terlalu keras untuk di tembus udara pagi. tanpa selimut apalagi kasur empuk. Hanya tumpukan baju bekas yang di tata dan berbantal usang yang berisikan baju bekas juga. Inilah keada’an kosan ku, satu kamar yang di huni empat orang tanpa lemari atau rak buku. Hanya kardus satu2nya benda yang dapat menolong ku. 300 ribu per bulan seharusnya aku bisa mendapat kamar yang layak tapi sang pemilik terlalu kikir untuk hal itu. di tambah ongkos pulang pergi ke sekolah perharinya bisa mencapai 5 – 6 ribu. Padahal minggu ini bapak hanya memberi ku saku 10 ribu saja.
Uang bulanan sekolah kini naik menjadi 200 ribu, di tambah daftar ulang 750 belum lagi biyaya lks dan paket yang sama sekali belum di bayar (isi kepala hanya uang uang dan uang, parah). Sepertinya kurang lebih seperti itu hasil rapat pleno kemarin, yang membuat aku semakin pusing saja. apa bapak yang hanya seorang petani aren yang penghasilanya tidak pasti bisa membayar semua itu, belum lagi biaya anak-anak mbak ku yang juga menjadi tanggungan bapak ku. Berfikir, kenapa aku tidak berhenti sekolah, mungkin aku bisa bekerja membatu bapak di rumah. . Kasihan, dunia mengapa engaku kejam sekali. Kenapa begitu sulit untuk aku menapaki mu. Aku hanya anak yang hendak belajar dewasa, belajar memaknai hidup yang telah Allah berikan dan belajar mensyukurinya.
Tapi mimpi ku jangan sampai pupus di sini, perjuangan hidup menjadi orang skses masih panjang. Aku ingin menghajikan bapak ku, ingin membahagiakan ia di hari senjanya. Amien ...
Ingin rasanya aku teriak sekeras- kerasnya, mungkin dengan begitu rasa gundah ku sedikit bisa di ringan kan. Teringat akan ucapan emak “nia itu sudah besar, jangan merepotkan bapak. Harus mandiri dan rajin belajar, supaya nanti emak bangga” sepetinya kurang lebih seperti itu. apa maksudnya itu, dari dulu aku sudah terbiasa hidup susah. 2 tahun aku jalan kaki berkilo-kilo meter untuk samapi ke- biting. Setidaknya di situ satu-satunya tempat di mana angkot pagi sering mangkal. Adzan subuh aku udah berangkat sekolah tanpa sepatu, karena musim hujan jalan berlumpur. Kalau menggunakan sepatu dari rumah dikhawatirkan kotor. Jadi terpaksanya nyeker dari rumah, tidak jarang aku bolos sekolah gara-gara di tinggal angkot. Masa SMP yang tidak menyenangkan. Barulah emak sering sakit, dan di haruskan aku kost di sini, sampai emak meninggal sewaktu aku kelas 3 SMP karena penyakit liver.
Dulu emak dagang baju keliling, dari kampung ke kampung. Bahkan perjuangan emak lebih berat di banding aku. Samini binti sahuri giman, itulah nama emak ku. Kini usiaku 16 th, tapi orang2 bilang mirip seperti anak kelas 5 SD. Itu memng benar aku pendek dan kurus, tapi yang pasti aku sehat. Tidak perduli seperti apa kondisi ku sekarang.
Dulu ada anak SMP yang bilang gini“kelas berapa dek?.”
“kelas 1 SMA, kenapa ?” jawabku sedikit kesal.
“whaha... tak kira masih SD !!.” tertawa keras dengan mulut lebar.
Kembali ke perjalanan hidup ku tadi, supaya tidak terjangkit penyakit flu bingung. Dikarenakan penyakit flu bingung tidak ada obatnya. Kini aku sekolah di salah satu SMA negeri di daerah sini yang menurutku selangkah lebih maju (korban iklan). Awalnya aku kost, lalu pertengahan semester aku mondok di pon-pes Al-Ikhlas pil*ng, gini-gini aku mantan santri juga. Lalu setelah itu tinggal dengan srigala berbulu domba, trauma dengan wanita tua itu. begitu lihat mukanya langsung histeris ketakutan. Barulah sekarang aku tinggal di kosan ku yang lama.
Hal yang harus di syukuri adalah aku bisa tidur di dalam rumah, tidak tidur di kolong jembtan atau di rumah kardus, bisa makan se’hari 3x meskipun dengan lauk seadanya tidak harus mencari makanandi tempat sampah atau meminta makanan sisa di warteg, bisa sekolah meskipun dengan segala keterbatasan biaya, masih bisa makan-makan bareng sahabat meskipun hanya siomainya bang jack, em.. termasuk masik bisa pergi ke warnet untuk tulisan ku yang tidak jelas ini. Sesua tu yang bagus berawal dari yang jelek bukan. sungguh nikmat Allah yang tak ternilai harganya.
Always get your NEW-UPDATE “what-what” in your school, tomorrow !
tidak usah nge-hina, muka kamu udah menghina aku banget, ingat kata-kata ku “SAYA MASIH PEMULA”
Cheap smile
Aku tidak tau ini cerpen atau curhatan ABABIL (ABG labil), yang jelas ini adalah karya anak bangsa (anak orang juga) yang harus di hargai karyanya. Termasuk guru sastra ku yang mungkin bisa memberi masukan. Dan kawan-kawan kost ku yang selalu merendahkan karya ku. Terimakasih.
Uang bulanan sekolah kini naik menjadi 200 ribu, di tambah daftar ulang 750 belum lagi biyaya lks dan paket yang sama sekali belum di bayar (isi kepala hanya uang uang dan uang, parah). Sepertinya kurang lebih seperti itu hasil rapat pleno kemarin, yang membuat aku semakin pusing saja. apa bapak yang hanya seorang petani aren yang penghasilanya tidak pasti bisa membayar semua itu, belum lagi biaya anak-anak mbak ku yang juga menjadi tanggungan bapak ku. Berfikir, kenapa aku tidak berhenti sekolah, mungkin aku bisa bekerja membatu bapak di rumah. . Kasihan, dunia mengapa engaku kejam sekali. Kenapa begitu sulit untuk aku menapaki mu. Aku hanya anak yang hendak belajar dewasa, belajar memaknai hidup yang telah Allah berikan dan belajar mensyukurinya.
Tapi mimpi ku jangan sampai pupus di sini, perjuangan hidup menjadi orang skses masih panjang. Aku ingin menghajikan bapak ku, ingin membahagiakan ia di hari senjanya. Amien ...
Ingin rasanya aku teriak sekeras- kerasnya, mungkin dengan begitu rasa gundah ku sedikit bisa di ringan kan. Teringat akan ucapan emak “nia itu sudah besar, jangan merepotkan bapak. Harus mandiri dan rajin belajar, supaya nanti emak bangga” sepetinya kurang lebih seperti itu. apa maksudnya itu, dari dulu aku sudah terbiasa hidup susah. 2 tahun aku jalan kaki berkilo-kilo meter untuk samapi ke- biting. Setidaknya di situ satu-satunya tempat di mana angkot pagi sering mangkal. Adzan subuh aku udah berangkat sekolah tanpa sepatu, karena musim hujan jalan berlumpur. Kalau menggunakan sepatu dari rumah dikhawatirkan kotor. Jadi terpaksanya nyeker dari rumah, tidak jarang aku bolos sekolah gara-gara di tinggal angkot. Masa SMP yang tidak menyenangkan. Barulah emak sering sakit, dan di haruskan aku kost di sini, sampai emak meninggal sewaktu aku kelas 3 SMP karena penyakit liver.
Dulu emak dagang baju keliling, dari kampung ke kampung. Bahkan perjuangan emak lebih berat di banding aku. Samini binti sahuri giman, itulah nama emak ku. Kini usiaku 16 th, tapi orang2 bilang mirip seperti anak kelas 5 SD. Itu memng benar aku pendek dan kurus, tapi yang pasti aku sehat. Tidak perduli seperti apa kondisi ku sekarang.
Dulu ada anak SMP yang bilang gini“kelas berapa dek?.”
“kelas 1 SMA, kenapa ?” jawabku sedikit kesal.
“whaha... tak kira masih SD !!.” tertawa keras dengan mulut lebar.
Kembali ke perjalanan hidup ku tadi, supaya tidak terjangkit penyakit flu bingung. Dikarenakan penyakit flu bingung tidak ada obatnya. Kini aku sekolah di salah satu SMA negeri di daerah sini yang menurutku selangkah lebih maju (korban iklan). Awalnya aku kost, lalu pertengahan semester aku mondok di pon-pes Al-Ikhlas pil*ng, gini-gini aku mantan santri juga. Lalu setelah itu tinggal dengan srigala berbulu domba, trauma dengan wanita tua itu. begitu lihat mukanya langsung histeris ketakutan. Barulah sekarang aku tinggal di kosan ku yang lama.
Hal yang harus di syukuri adalah aku bisa tidur di dalam rumah, tidak tidur di kolong jembtan atau di rumah kardus, bisa makan se’hari 3x meskipun dengan lauk seadanya tidak harus mencari makanandi tempat sampah atau meminta makanan sisa di warteg, bisa sekolah meskipun dengan segala keterbatasan biaya, masih bisa makan-makan bareng sahabat meskipun hanya siomainya bang jack, em.. termasuk masik bisa pergi ke warnet untuk tulisan ku yang tidak jelas ini. Sesua tu yang bagus berawal dari yang jelek bukan. sungguh nikmat Allah yang tak ternilai harganya.
Always get your NEW-UPDATE “what-what” in your school, tomorrow !
tidak usah nge-hina, muka kamu udah menghina aku banget, ingat kata-kata ku “SAYA MASIH PEMULA”
Cheap smile
Aku tidak tau ini cerpen atau curhatan ABABIL (ABG labil), yang jelas ini adalah karya anak bangsa (anak orang juga) yang harus di hargai karyanya. Termasuk guru sastra ku yang mungkin bisa memberi masukan. Dan kawan-kawan kost ku yang selalu merendahkan karya ku. Terimakasih.
Komentar