HUJAN BERKABUT

(kok malah jadi
ngomongin tas?)Cuaca
masih mendung, dingin dan sedikit berkabut,
“cepat
dikit dong, di tungguin dari tadi juga !!” teriak cholis dari luar pintu.
Aku
langsung bergegas, cuaca hari ini mendung, dingin, dan agak gelap. Yang aku
herankan kenapa cholis nggak pake alas kaki? Padahal siang ini begitu dingin.
Sesampainya
di tempat yang di tuju, disana sudah ada Guru PAI, Pak KepSek, beberapa murud
kelas xi bahasa dan yang lain aku nggak kenal. Mungkin kakak kelas, warga
sekitar atau malakikat yang nyamar jadi manusia. Soalnya muka mereka
samar-samar, mungkin karena mendung kali ya. Tapi kok lampunya nggak di nyalain?
Aku
duduk di samping cholis, entah apa yang aku lamunkan tapi kenapa aku hanya
membawa dua tas? Di mana rantang dan boneka anjingnya?
Ini
jam ke 5 saatnya moving lagi, ini hari apa ea aku lupa yang jelas aku pakai
seragam putih abu-abu. Berarti antara hari senin sampai hari kamis, tapi
bukanya pelajaran PAI hari sabtu?.
Di gedung yang sama tapi tempat yang berbeda,
aku duduk di di barisan depan nomor dua dari sebelah kiri. Yang aku herankan
kok pelajaran PAI lagi?
Manut
saja lah, aku duduk dengan Indah. Lho kok Indah? Bukanya indah sekolah di
Pondok Modern, apa indah pindah ke sini ea tapi sejak kapan? Lalu kenapa milih
jurusan bahasa?
“ndah
ini buku punya mu?” kata ku memulai pembicaraan
“lho,
inikan buku mas faris (siapa itu mas faris? Kok aku nggak kenal?)
Ini pasti erwin yang ceroboh, tapi kalo
buku-buku yang ada di laci kamu memang semuanya punya ku!”
Aku
menoleh ke belakang tempat Erwin duduk, aku berikan sedikit senyuman dan
erwinpun membalasnya. Aku dan indah tertawa bersama entah apa yang di bicarakan
tapi apaun itu asal dengan indah semuanya menjadi menyenangkan, senyum
manisnya, pipinya yang bulat, semuanya begitu melekat di ingatan.
Bersyukur
karena aku masih bisa bertemu orang-orang yang aku sayang.
Tiba-tiba
bel pulang berbunyi, bel disini mirip peringatan pemberangkatan kereta. Jadi
kalo pas bel berbunyi semuanya seperti penumpang kereta yang siap moving,
anggaplah demikian. Aku pulang sendiri, tanpa Indah, Erwin ataupun Cholis.
Cuaca
masih mendung, dingin dan sedikit berkabut, sepertinya akan turun hujan lebat
tapi kapan turunya?
Akut
33, akut yang selama 2tahun ini mengantar jemput gadis 16th bertubuh mungil
yang tak lain adalah aku sendiri. Di dalam angkut aku masih menuggu datangya
hujan, tapi yang ada hanya kabut yang semakin pekat. Di sini semua diam,
hening. Angin berhembus menusuk tulang, tapi hujan tak kunjung tiba.
Malam
jum’at, 14 Maret 2013
Komentar