PERIODISASI SASTRA INDONESIA DAN KARYANYA
Indonesia
kaya dengan karya sastra. mulai dari Periode Pujangga lama sampai angkatan
2000-an.nah untuk tahu lebih lanjut, saya
paparkan semuanya dibawah ini.
1.
PUJANGGA
LAMA
Pujangga
lama merupakan bentuk pengklasifikasikan karya sastra Indonesia yang dihasilkan
sebelum abad ke-20, pada masa ini karya sastra didominasi oleh syair, pantun,
gurindam, dan hikayat. Di Nusantara budaya melayu klasik dengan pengaruh Islam
yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatra dan semenanjung malaya.
Di Sumatra bagian utara muncul karya-kaya penting berbahasa melayu terutama
karya-karya keagamaan.
Hamzah Pansuri
adalah yang pertama diantara penulis angkatan pujangga lama dari istana
kesultanan Aceh pada abad ke-17 muncul karya klasik selanjutnya yang paling
terkenal adalah karya Syamsudin Pasai
dan Abdul Rauf Singkir serta Nuruddin Arraniri.
·
Karya sastra pujangga lama
1.
Hikayat
-
Hikayat
Abdullah - Hikayat Kalia dan Damina
-
Hikayat
Aceh - Hikayat masyidullah
-
Hikayat
Amir Hamzah - Hikayat Pandawa
jaya
-
Hikayat
Andaken Panurat - Hikayat Panda Tonderan
-
Hikayat
Bayan Budiman - Hikayat Putri Djohar Munikam
-
Hikayat
Hang Tuah - Hikayat Sri Rama
-
Hikayat
Iskandar Zulkarnaen - Hikayat Jendera Hasan
-
Hikayat
Kadirun -
Tasibul Hikaya
2.
Syair
-
Syair
Bidasari
-
Syair
Ken Tambuhan
-
Syair
Raja Mambang Jauhari
-
Syair
Raja Siam
3.
Kitab
Agama
-
Syarab
Al Asyidiqin (minuman para pecinta) oleh Hamzah Panzuri
-
Asrar
Al-arifin (rahasia-rahasia gnostik) oleh Hamzah Panzuri
-
Nur
ad-duqa’iq (cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsudin Pasai.
-
Bustan
as-salatin (taman raja-raja) oleh Nuruddin Ar-Raniri.
2.
SASTRA
MELAYU LAMA
Karya
satra yang dihasilkan antara tahun 1870-1942 yang berkembang dilingkungan
masyarakat sumatra seperti “Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan Sumatra
lainnya”, orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang
terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat, dan terjemahan
novel barat.
·
Karya Sastra Melayu Lama
-
Robinson
Crousoe (terjemahan)
-
Lawan-lawan
Merah
-
Mengelilingi
Bumi Dalam 80 Hari (terjemahan)
-
Grauf
de Monte Cristo (terjemahan)
-
Rocambole
(terjemahan)
-
Nyui
Dasima oleh G. Prancis (indo)
-
Bung
Rampai oleh A.F. Bewali
-
Kisah
Perjanan Nahkoda Bontekoe
-
Kisah
Pelayaran ke Pulau Kalimantan
-
Cerita
Siti Aisyah oleh H.F.R. Komer (indo)
-
Cerita
Nyonya Kong Hong Nio
-
Nona
Leonie
-
Warna
Sari Melayu oleh Kat. S.J
-
Cerita
Si Conat oleh F.D.J
3.
ANGKATAN
BALAI PUSTAKA
Angkatan
Balai Pustaka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920,
yang dikeluarkan oleh penerbit “Bali Pustaka”. Prosa (roman, novel,cerpen, dan
drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan mulai menggantikan kedudukan
syair, pantun, gurindam, hikayat, dan kazhanah sastra di Indonesia pada masa
ini
Balai
Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul
dan liar yang dihasilkan sastra melayu rendah yang tidak menyoroti pernyaian
(cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan
karya dalam 3 bahasa yaitu bahasa Melayu tinggi, bahasa Jawa, dan bahasa Sunda,
dan dalam jumlah yang terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa
Madura.
“Nur Sultan Iskandar” dapat disebut sebagai
“raja angkatan balai pustaka” karna karya-karya tulisnya pada masa tersebut.
Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapat dikatakan bahwa
novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah novel Sumatera dengan Minangkabau sebagai
titik pusatnya.
Pada
masa ini novel “Siti Nurbaya, dan Salah Asuhan” menjadi karya cukup penting,
keduanya mengkritik adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu.
·
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai
Pustaka
1.
Merari Siregar
-
Azab
dan Sengsara (1920)
-
Binasa
Karna Gadis Priangan (1931)
-
Cinta
dan Hawa Nafsu
2.
Marah Roesli
-
Siti
Nurbaya (1922)
-
Laihami
(1924)
-
Anak
dan Kemanakan (1956)
3.
Muhammad Yamin
-
Tanah
Air (1922)
-
Indonesia
Tumpah Darahku (1928)
-
Kalau
Dewi Tara Sudah Berkata
-
Ken
Arok dan Ken Dedes (1934)
4.
Nur Sultan Iskandar
-
Apa
Dayaku Karna Aku Seorang Perempuan (1923)
-
Cinta
Yang Membawa Maut (1926)
-
Salah
Pilih (1928)
-
Tuba
Dibalas Dengan Susu (1933)
-
Hulubalung
Raja (1934)
-
Katak
Hendak Menjadi Lembu.
5.
Lulis Sutan Suti
-
Tak
Disangka (1923)
-
Sengsara
Membawa Nikmat (1928)
-
Tak
Membalas Guna (1932)
-
Memutuskan
Pertalian (1932)
6.
Djamaluddin Adinegoro
-
Dara
Muda (1927)
-
Asmara
Jaya (1928)
-
Abas
Soetan Pamoentjak
-
Pertemuan
(1927)
7.
Abdul Muis
-
Salah
Asuhan (1928)
-
Pertemuan
Jodoh (1933)
8.
Aman Datuk Madjoindo
-
Menebus
Dosa (1932)
-
Sicebol
Merindukan Bulan (1934)
-
Sampaikan
Salamku Kepadanya (1935)
4.
PUJANGGA
BARU
Pujangga
Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai
Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik, dan elistik.
Pada
masa itu, terbit pula majalah pujangga baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra Indonesia setelah zaman Balai Pustaka
(tahun 1930–1942), dipelopori oleh Sutan
Takdir Alisjahbana. Karyanya layar terkembang, menjadi salah satu novel
yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel
Tengelamnya Kapal Vander Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting
sebelum perang.
Pada
masa ini dua kelompok sastrawan Pujangga Baru yaitu :
1.
Kelompok
“Seni Untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi
Pane dan Tengku Amir Hamzah.
2.
Kelompok
“Seni Untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Rustam Effendi.
·
Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
1.
Sutan Takdir Alisjabana
-
Dian
Tak Kunjung Padam (1932)
-
Tebaran
Mega- kumpulan sajak (1935)
-
Layar
Terkembang (1936)
-
Anak
Perawan di Sarang Penyuman (1940)
2.
Hamka
-
Di
Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
-
Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck (1939)
-
Tuan
direktur (1950)
-
Di
Dalam Lembah Kehidupan (1940)
3.
Armijn Pane
Jiwa Berjiwa Gamelan Djiwa- kumpulan sajak (1960)
-
Djinak-djinak Merpati- sandiwara (1950)
-
Kisah Antara Manusia (1953)
4.
Sanusi Pane
-
Pancaran Cinta (1926)
-
Puspa mega (1927)
-
Sandhykala Ning Majapahit (1933)
-
Kertajaya (1932)
5.
Tengku Amir Hamzah
-
Nyanyi Sunyi (1937)
-
Begawat Gita (1933)
-
Setanggi Timur (1939)
5.
ANGKATAN 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah
mewarnai karya sastrawan Angkatan “45. Karya sastra angkatan ini lebih
realistik dibanding karya Angkatan Pujangga Baru yang romantik-idealistik.
Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan
merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan “45 memiliki konsep yang diberi
judul “Surat Kepercayaan Gelanggang” konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan
angkatan “45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
Selain Tiga Menguak Takdir dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya
pembaharuan prosa Indonesia.
·
Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 1945
1.
Chairil
Anwar
-
Kerikil Tajam (1949)
-
Deru Campur Debu (1949)
2.
Asrul
Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
-
Tiga Menguak Takdir (1950)
3.
Idrus
-
Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
-
Aki (1949)
-
Perempuan Dan Kebangsaan
4.
Achdiat
K. Mihardja
-
Atheis (1949)
5.
Trisno
Sumardjo
-
Katahati dan Perbuatan (1952)
6.
Utuy
Tatang Sontani
-
Suling (drama) (1948)
-
Tambera (1949)
-
Awal dan Mira – drama satu babak (1962)
7.
Suman
Hs
-
Kasih ta’ Terlarai (1961)
-
Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
-
Pertjobaan Setia (1940)
6.
ANGKATAN 1950-1960-an
Angkatan ’50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah Asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan
ini adalah karya sastra yang didominasi oleh cerita pendek dan kompulan puisi.
Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah
sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis di kalangan
sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (lekra) yang
berkonsep sastra Realisme-Sosialis. Timbulnya perpecahan dan polemik yang
berkepanjangan di kalangan sastrawan Indonesia pada awal tahun 1960,
menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karna masuk ke dalam politik praktis
dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
·
Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 1950 – 1960-an
1.
Pramoedya Ananta Toer
-
Keranji dan Bekasi Jatuh (1947)
-
Bukan Pasar Malam (1951)
-
Di Tepi Kali Bekasi (1951)
-
Keluarga Gerilya (1951)
-
Mereka Yang Dilumpuhkan (1951)
-
Cerita Dari Blora (1952)
-
Gadis Pantai (1965)
2.
Nh. Dini
-
Dunia Dunia (1950)
-
Hati Jang Damai (1960)
3.
Sitor Situmorang
-
Dalam Sadjak (1950)
-
Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara
(1954)
-
Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
-
Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
-
Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
4.
Muchtar Lubis
-
Tak Ada Esok (1950)
-
Jalan Tak Ada Ujung (1952)
-
Tanah Gersang (1964)
-
Si Djamal (1964)
5.
Marius Ramis Dayoh
-
Putra Budiman (1951)
-
Pahlawan Minahasa (1957)
6.
Ajip Rosidi
-
Tahun-tahun Kematian (1955)
-
Di Tengah Keluarga (1956)
-
Sebuah Rumah Untuk Hari Tua (1957)
-
Cari Muatan (1959)
-
Pertemuan Kembali (1961)
7.
Ali Akbar Navis
-
Robohnya Surau Kami- 8 cerita pendek pilihan
(1955)
-
Bianglala- kumpulan cerita pendek (1963)
-
Hujan Panas (1964)
-
Kemarau (1967)
7.
ANGKATAN 1966 – 1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah
sastra) pimpinan Muchtar Lubis.
Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra
pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya
karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd.
Penerbitan Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya
sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah Montiggo Busye,
Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rusanto, Goenawan Mohamad, dan
Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia H.B. Jassin.
Beberapa sastrawan pada angkatan ini antara lain : Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin
C.Noer, Darmanto Jatman, Arif Budiman, Goenawan Muhamad, Budi Darma, Hamsat
Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, DLL.
·
Penulis
Dan Karya Sastra Angkatan 1966
1.
Taufik Ismail
-
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
-
Tirani dan Benteng
-
Buku Tamu Musim Perjuangan
-
Sajak Ladang Jagung
-
Kenalkan
-
Saya Hewan
-
Puisi-puisi Langit
2.
Sutardji Calzom Bachri
-
O
-
Amuk
-
Kapak
3.
Abdul Hadi WM
-
Meditasi (1976)
-
Potret Panjung Pengunjung Pantai Sanur
(1975)
-
Tergantung Pada Angin (1977)
4.
Supardi Djoko Damono
-
Dukamu Abadi (1969)
-
Mata Pisau (1974)
5.
Goenawan Muhamad
-
Perikesit (1969)
-
Interlude (1971)
-
Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Simalin
Kundang (1972)
-
Seks, Sastra, dan Kita (180)
6.
Umar Kayam
-
Seribu Kunang-kunang di Manhattan
-
Sri Sumara dan Bawuk
-
Lebaran Di Karet
-
Pada Suatu Saat di Bandar Sangging
-
Kelir Tanpa Batas
-
Para Priyayi
-
Jalan Manikung
7.
Danarto
-
Godlob
-
Adam Makrifat
-
Berhala
8.
Nasjah Djamin
-
Hilanglah Si Anak Hilang (1963)
-
Gairah Untuk Hidup dan Mati (1968)
9.
Putu Wijaya
-
Bila Malam Bertambah Malam (1971)
-
Telegram (1973) - Pabrik
-
Stasiun (1977) - Gres dan Bom
8.
ANGKATAN 1980 – 1990-an
Karya sastra Indonesia pada kurun waktu setelah tahun
1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang
menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T.
Karya sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan
penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade
1980-an antara lain adalah : Rami
Sylado,Yudistria Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Aji Darma, Pipiet
Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby,
Tarman Efendi Tarsyad, Noor Aini Cahaya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini
(Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita
Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya
antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku
Huriko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada
novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, dimana
tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T
adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang
menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya tokoh utama pada novel mereka
adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih
dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan
untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-kaya pada era 1980-an
biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga
tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang
dipelopori oleh Hilman Hariwijaya
dengan serial Lupusnya. Justru dari
kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian
tertarik membaca karya-karya yang lebih dan berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita
Penulis Wanita yang dikomandoi Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardanhi, Diah Hadaning,
Yvonne De Fretes, dan Oka Rusmini.
·
Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 1980 – 1990-an
1.
Ahmadun Yosi Herfanda
-
Ladang Hijau (1980)
-
Sajak Penari (1990)
-
Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
-
Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
-
Sembahyang Rerumputan (1997)
2.
Y.B Mangunwijaya
-
Burung-burung Manyar (1981)
3.
Darman Moenir
-
Bako (1983)
-
Dendang (1988)
4.
Budi Darma
-
Olenka (1983)
-
Rafilus (1988)
5.
Sundhunata
-
Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
6.
Arswendo Atmowilito
-
Canting (1986)
7.
Hilman Hariwijaya
-
Lupus – 28 novel (1986-2007)
-
Lupus Kecil – 13 novel (1989-2003)
-
Olga Sepatu Roda (1992)
-
Lupus ABG – 11 novel (1995- 2005)
8.
Dorothea Rosa Herliany
-
Nyanyian Gaduh (1987)
-
Matahari Yang Mengalir (1990)
-
Kepompong Sunyi (1993)
-
Nikah Ilalang (1995)
-
Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
9.
Gustaf Rizal
-
Segi Empat Patah Sisi (1990)
-
Segitiga Lepas Kaki (1991)
-
Ben (1992)
-
Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
10.
Remy Silado
-
Ca Bau Kan (1999)
-
Kerudung Merah Kirmizi (2002)
11.
Afrizal Malna
-
Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
-
Yang Berdiam Dalam Mikrofon (1990)
-
Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
-
Dinamika Budaya dan Politik (1991)
-
Arsitektur Hujan (1995)
-
Pistol Perdamaian (1996)
-
Kalung Dari Teman(1998)
9.
ANGKATAN REFORMASI
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaran politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH
Abdulrahman Wahid (Gusdur) dan Megawati Soekarno Putri, muncul wacana tentang “Sastrawan
Angkatan Reformasi”. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya
karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel yang bertema sosial-politik,
khususnya seputar Reformasi. Di rubik sastra harian Repoblika misalnya, selama
berbulan-bulan dibuka rubik sajak-sajak peduli Bangsa atau sajak-sajak
reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi
juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan angktan Reformasih merefleksikan keadaan sosial
dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde
Baru. Proses Reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak
melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra, puisi, cerpen dan novel pada
masa itu. Bahkan penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema
sosial-politik, seperti Sutardji Calzoum
Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep zamzam Noer, dan Hartono Beny Hidayat dengan media online: duniasastra.com-nya , juga ikut meramaikan suasana dengan
sajak-sajak sosial-politik mereka.
·
Penulis
dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
1.
Widji Thukul
-
Puisi Pelo
-
Darman
10.
ANGKATAN 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan
Reformasih muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karna tidak memiliki juru
bicara, Korrie Layun Rampan pada
tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya “Angkatan 2000”. Sebuah buku tebal
tentang angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis,
novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam angkatan 2000,
termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmad Yosi Herfanda, dan Seno
Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada 1990-an
seperti Ayu Utami, dan Dhorotea
Rosa Herliany.
·
Penulis
dan Karya Sastra Angkatan 2000
1.
Ayu
Utami
-
Saman (1998)
-
Larung (2001)
2.
Seno
Gumira Ajidarma
-
Atas Nama Malam
-
Sepotong Senja Untuk Pacarku
-
Biola Tak Berdawai
3.
Dewi
Lestari
-
Supernova 1: Ksatria Putri dan Bintang Jatuh
(2001)
-
Supernova 2.1: Akar (2002)
-
Supernova 2.2: Petir (2004)
4.
Raudal
Tanjung Banua
-
Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
-
Ziarah Bagi Yang Hidup (2004)
-
Perang Tak Berulu (2005)
-
Gugusan Mata Ibu (2005)
5.
Habiburrahman
El Shirazy
-
Ayat-ayat Cinta (2004)
-
Di Atas Sajadah Cinta (2004)
-
Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
-
Pudarnya Pesona Cleopatra(2005)
-
Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
-
Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
-
Dalam Mihrab Cinta (2007)
6.
Andrea
Hirata
-
Laskar Pelangi (2005)
-
Sang Pemimpi (2006)
-
Edensor (2007)
-
Maryamah Karpov (2008)
-
Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
7.
Ahmad
Faudi
-
Negeri Lima Menara (2009)
-
Ranah Tiga Warna (2011)
8.
Tosa
-
Lukisan Jiwa (puisi) (2009)
-
Melan Conis (2009)
Komentar